cerpen jatuh cinta sama senior gila

Disanalah akhirnya Willi tahu bahwa Ayu adalah anak dari Kapten senior yang sempat menjadikan dan memberikannya Motivasi untuk menjadi Kapten yang hebat. Willi yang masih sangat cemas kembali memeluk Ayu sambil Mengatakan "Aku Cinta sama Kamu, Aku Cinta Sama Kamu, Aku gak mau kehilangan Mu, Aku Cinta sama Kamu, Ayu" Ayu yang mendengar Sebuahcara yang dapat anda lakukan bagi seorang pria yang ingin dicintai dan disukai oleh wanita, salah satunya dengan mengamalkan doa supaya wanita tergila gila jatuh cinta versi islam. Dalam Islam doa ini disebut sebagai doa mahabbah, atau doa untuk memunculkan rasa kasih dan sayang di hati seseorang. Cara Pelet Wanita dengan doa mahabbah Cerpenaku pernah jatuh cinta merupakan cerita pendek karangan al iz kusuma, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. Rasa nak gelak pun ada. Source: www.mogimogy.com. Aku tak tahu cik yah dah pergi. Salah satu sifat alamiah manusia adalah merasakan apa itu yang namanya cinta. JatuhCinta Setiap Bertemu Denganmu Cerpen Karangan: Zaky Haq Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam) ternyata ada seorang senior yang memperhatikan tingkah Reno dan memanggilnya ke depan. "oi lo, maju lo ke depan!!" hardik senior tersebut. hampir semua anak perempuan di sekolah itu tergila-gila padanya. Tapi hanya satu orang CerpenJatuh Cinta Dengan Kawan Baik. Dan Allah telah tetapkan jodoh kau awal ni masa kau dalam perut ibu kau lagi Ujar Nurin. Semuanya dengan izin Allah Tambah Nurin lagi. Aisya perasan akan tangan Arael yang sudah menggenggam buku limanya. Dia tahu Kirana sememangnya telah jatuh cinta dengan lelaki itu sejak hari orientasi mereka di kolej ini. Quel Est Le Meilleur Site De Rencontre Pour Les Jeunes. PLAK! Tamparan itu mendarat mulus ke pipi kiriku. Membawa sensasi perih disusul panas yang langsung saja terasa. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta Akan tetapi, lebih perih rasanya sewaktu aku melihat kedua mata Fina menampakkan sorot terluka serta marah ke arahku. Ponselku di genggamannya dia remas kuat, untuk kemudian dibantingkan ke lantai. PRAKK! Itu ponsel kelimaku di bulan ini, dan lagi-lagi hancur oleh tangan Fina. Apa daya. Ini semua salahku. "Sms siapa itu yang kamu balas, Yang?" "Itu Zizi. Dia teman sekelasku di kampus!" "Bohong!" sangkal Fina menjerit seraya mendorong dadaku menjauh. "Aku tau kamu bohong! Kamu pasti udah mulai bosan 'kan sama aku? Kamu sebenarnya suka 'kan sama dia?" Aku menggeleng. Buru-buru membawa Fina ke pelukan. "Nggak, Sayang. Aku gak bohong. Zizi itu cuma kawan di kampus. Aku sama dia sms-an membahas tugas yang kebetulan belum dia ngerti. Tolong kamu percaya, dong!" Tangisan Fina malah bertambah kencang. "Aku benci sama semua teman kamu, Yang. Kamu gak boleh dekat-dekat sama mereka. Jangan pernah luangin waktu sama mereka. Kamu itu cuma milik aku. Cuma aku yang boleh kamu perhatiin!" Aku mengangguk kuat-kuat hanya supaya bisa lebih meyakinkannya. "Iya, Sayang. Maaf karena aku udah nyakitin kamu. Aku janji, mulai sekarang cuma bakalan ada kamu. Udah, jangan nangis lagi," ujarku seraya mengusap pipi Fina yang lembab, menghapus bekas air matanya. Fina mendengus. "Janji kamu tuh seringnya bualan semata. Awas aja kalau ingkar lagi. Aku habisin kamu nanti!" Ancamannya hanya aku tanggapi dengan senyuman. "Iya, Sayang. Tenang aja. Aku cinta kamu." Fina lantas tersenyum, lalu memberikan aku ciuman mesra. Nama gadis itu Fina Mayang Sari. Kekasihku. Sosok gadis paling menawan dan cantik yang pernah aku kenal. Seseorang yang penuh perhatian, aktif, pun manis. Setiap kali aku jauh darinya, dia tak akan pernah lupa mengirimkan pesan dan bertanya; aku sedang apa, bersama siapa, akan pulang kapan, di mana, dan lain sebagainya. Yang mana, jawabanku tak akan pernah bisa membuatnya puas sebelum aku benar-benar sudah muncul di hadapannya. Membuat aku merasa memiliki arti lebih dalam hidupnya. Untuk pertama kalinya, ada sosok yang tulus yang ingin berada di sisiku dan memberikan aku segenap perhatian. Mewarnai kembali hidupku yang tadinya terasa suram karena sudah seringkali dicampakkan bahkan diolok-olok oleh banyak orang. Aku terbuang. Lalu Fina menemukanku. Mempertemukan aku pada jalan hidup dan duniaku yang baru, yaitu dirinya. Tanpa Fina, aku tak yakin aku sanggup menjalani kehidupan ini. Aku sungguh mencintainya. "Ji, tugas dari Pak Bram kemarin udah kamu tulis belum?" Aku mengabaikan pertanyaan itu. Hanya terus berjalan sambil berlagak tak mengenalinya. "Ji, woi. Aku nanya kamu. Kamu kenapa, sih? Kamu marah sama aku?" Aku berhenti melangkah. Menoleh menatap sosok pemuda kurus yang aku kenali tapi tak ingin aku ingat namanya. Di hidupku hanya boleh ada Fina seorang, tak ada yang lain. "Siapa kamu?" Pertanyaan balasan dariku membuat sosok ini tersentak. Tiba-tiba saja tawa tertahannya terdengar. "Kamu lagi becanda, ya? Ini aku, Ali. Kamu sama aku, sama Dika udah jadi kawan di kampus sejak setahunan ini. Masa sih kamu lupa?" Aku tak mengindahkan penjelasan itu. Memilih membuang muka seraya membetulkan posisi tas di punggung. "Aku gak kenal kalian semua. Minggir." Tubuh besarku sedikit menyenggol sosok kurus yang hanya mampu bergeming ini. Berhasil membuatnya menyingkir dari jalanku. Setiap sapaan, pertanyaan, senyuman dan panggilan yang orang-orang tujukan padaku hanya perlu aku tak acuhkan. Aku tak mau peduli. Mereka tidak penting. Dalam hidup, aku cuma butuh Fina. Tak ada yang lain. Hanya dia satu-satunya. "Oji!" Suara yang tak asing kembali terdengar menyebut namaku. Dan aku tak berniat menghentikan langkah sekalipun sosok itu sudah berdiri menghadang langkahku. "Oji! Kemarin kenapa nomor kamu gak bisa dihubungi? Padahal Zi masih mau nanyain banyak soal tugas-" "Kamu siapa?" Sosok gadis berkerudung di depanku ini menunjukkan reaksi yang tak jauh berbeda dari si laki-laki kurus yang ketemui sebelumnya. "K-kamu kenapa, Ji? Kamu marah sama Zi?" Aku mendengus tak menanggapi pertanyaan itu. Selekasnya lanjut melangkah melewatinya. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta "Ji? Oji? Zi masih mau ngomong! Ji!" Berhenti berlagak seolah kalian mengenalku dengan baik. Lagi pula, ada apa dengan orang-orang ini? Kenapa mendadak banyak dari mereka yang seolah menguji kesetiaanku pada Fina? Untung saja Fina sudah tak kuliah. Kalau saja dia berada di kampus ini dan memperhatikan segala hal yang aku alami, sudah tentu aku bisa langsung dihabisi olehnya. Ah, kelupaan. Aku 'kan belum sempat membeli ponsel dan juga simcard baru. Jangan sampai Fina mengkhawatirkanku, pun membuatnya berpikiran yang tidak-tidak. Aku harus selalu ada untuknya. Tak boleh sampai menyakiti dan membuatnya kecewa. "Beli hape baru lagi ya, Mas?" Tukang konter langgananku bertanya dengan raut muka tak enak. Mungkin dia bosan melihat aku lagi-lagi membeli ponsel bekas ke tempatnya. Ya. Aku membeli ponsel bekas yang murah. Yang layarnya hitam putih, dengan menu terbatas. Yang tak ada fitur kamera. Yang bukan Android. Yang tak mendukung fitur menginstal aplikasi bahkan tak mampu sekadar mengunduh file. Soalnya Fina kalau mengamuk seringnya menghancurkan ponsel. Jadi, aku cari aman dengan cara menggantinya ke ponsel yang murahan saja. Biar hemat. Selekas mendaftarkan kartu teleponku yang baru. Aku segera saja menghubungi nomor Fina. 'Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.' Aku tersentak. Sekali lagi mencoba menghubungi nomor Fina. Dan jawaban yang terdengar masih sama. Seketika saja perasaanku menjadi tak keruan. Bagaimana ini? Apakah terjadi sesuatu pada Fina? Apa yang sedang dilakukannya? Apakah dia tengah bersama seseorang sampai harus repot-repot mematikan ponsel untuk mengabaikan panggilan dariku? "Ah! Gimana ini? Apa yang harus aku lakuin?" Melihat raut mukaku yang pasti panik, membuat tukang konter bertanya ragu-ragu, "Mas-nya kenapa? Ada masalah?" Aku menekan-nekan keypad ponsel dengan kencang, setelah itu menjawab, "Nomor hape pacar saya nggak aktif, Mas. Dia kenapa, ya? Dia di mana? Saya takut!" "T-tenang, Mas!" Tukang konter ini jadi seolah ketularan panikku. "Mungkin aja hapenya mati, lagi di-cas dulu. Mas tunggu aja. Nanti mungkin akan aktif lagi nomornya. Atau kalau nggak, mas datangin aja rumahnya." Aku mengerling lesu begitu diperdengarkan penuturan tadi. "Rumah siapa, Mas?" tanyaku. "Ya rumah pacar, Mas. Siapa lagi?" Rumah Fina, ya. Benar juga. Aku sebaiknya mendatangi rumahnya saja. Setelah mengambil kembalian dari pembelian ponsel dan kartu, aku langsung melangkah pergi dari konter. Harus segera menemui Fina. Tak tenang kalau aku belum menemuinya. Aku takut dia sedang bersama orang lain. Atau lebih parahnya, dia tengah berada dalam bahaya. Itu tidak bagus. Jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Fina-ku tercinta. Tak berapa lama, aku tiba di rumahku sendiri. Sebab, aku dan Fina sudah tinggal bersama sejak lama. Aku dan dirinya tak bisa terpisahkan meskipun nyawa sebagai taruhannya. Aku membuka pintu rumah yang tak dikunci. Masuk ke dalam, lalu meletakkan tas ke atas sofa. Sesudah itu melangkah menuju ke ruang bawah tanah. Di mana kamar Fina berada. Pintu dari satu-satunya kamar yang ada di ruang bawah ini aku buka. Sedikit demi sedikit membiaskan cahaya ke dalam ruangan yang sempit dan gelap ini, memperlihatkan padaku sesosok gadis ayu yang tengah meringkuk di sudut kamar. Kedua kaki dan tangannya terikat. Mulutnya terbungkam kain. Dan kedua matanya tampak melotot ketakutan begitu melihat kedatanganku. Suaranya yang teredam di balik kain terdengar meronta-ronta. "Fina, Sayang!" Aku berlari menghampirinya. Memberikan Fina pelukan, ciuman, tak lupa membelai setiap inci wajah ayunya yang penuh memar. Luka-luka yang membekas di setiap jengkal kulit tubuhnya aku usap lelmbut, seraya berdecak penuh iba. Sebuah ponsel yang rusak yang berada di dekat tubuh Fina aku ambil, untuk kemudian aku banting ke lantai sampai hancur lebur. "Kamu mau coba cari bantuan lagi, ya? Apa gak cukup aku ada di hidup kamu? Apa gak cukup kita berdua sama-sama saling melengkapi tanpa harus mencari orang lain buat ikut campur, hah?" PLAK! Selesai mengamuk, aku menampar wajah Fina sampai membuatnya tersungkur. Bahunya berguncang. Dia mulai menangis lagi dan lagi. Dan aku menyesal. Tubuh rapuhnya aku peluk. "Maafin aku, Sayang. Maaf. Kamu tau aku ngelakuin ini biar kamu tetap jadi milikku. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku takut kamu pergi. Aku nggak mau sampai kamu ngamuk-ngamuk dan marah sambil ngancam buat ninggalin aku kayak beberapa minggu lalu. Please," mohonku lantas melanjutkan, "jadilah sosok Fina seperti yang aku inginkan. Aku cuma butuh itu, Sayang. Ya?" Fina bergeming. Dia tak merespons. Hanya kedua bahunya saja yang masih terasa gemetaran. Aku tersenyum. Mengecup lembut pipi kotornya yang sangat menggemaskan. "Aku cinta kamu, Sayang. Dengan aku, kamu aman." Aku pastikan Fina akan selalu aman bersamaku. Tak butuh orang lain untuk turut hadir dalam kehidupan kami. Karena aku dan Fina bisa saling memiliki saja sudah lebih dari cukup. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta Cerpen Karangan Nindi HwangKategori Cerpen Cinta Sedih Lolos moderasi pada 25 December 2014 Namaku Edwin seorang mahasiswa semester 7 berumur 20 tahun jurusan manajemen perkantoran di salah satu universitas ternama di kota ini. Aku masih tinggal satu atap dengan keluargaku. Aku akui aku memang salah satu anak dengan prestasi membanggakan di kampus, walaupun aku sebenarnya merasa sedikit risih dengan lontaran-lontaran pujian dari teman-temanku. Banyak yang bilang diriku ini sempurna, dengan mata onyx yang khas dan wajah oriental kulit putih serta perawakan yang tinggi besar, tak heran jika banyak gadis yang mencoba mengalihkan perhatianku. Aku hanya menganggap mereka biasa saja, aku tak terlalu menghiraukan mereka. Namun beberapa hari ini aku memperhatikan tetanggaku yang baru pindahan. Jelasnya ada seorang gadis yang selalu duduk di teras rumah atau duduk di ayunan di depan rumahnya ketika senja tiba. Aku merasa terpikat saat pertama kali aku berkenalan dengannya. Yang pertama kuperhatikan adalah matanya. Tak ada mata seindah matanya sebelumnya. Walaupun dia terkesan pendiam namun aku tau, dia pasti punya sisi lain tersendiri. Raina namanya. Indah bukan? Hmm aku tau aku tertarik padanya. Ada sisi dari dirinya yang berbeda. Hari ini akan kuputuskan pergi ke rumahnya untuk menjalin silaturahmi, atau bisa dibilang ini modus sebuah pendekatan hihiihi. Aku tau itu lucu tapi aku juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada diriku sendiri. Aku mengetuk pintu berharap seseorang membukakannya untukku. Benar saja, Bude Ari membukakan pintu, aku berbincang-bincang dengannya seolah aku ingin menjadi tetangga paling baik untuknya. Dan tak lama kemudian Raina datang dengan setelan baju putih. Aku suka selera fashionnya, dia terlihat glamour dan imut sekaligus. Wajah lembutnya seakan menyapu semua fikiranku. Aku menyukainya Tuhan, sungguh aku menyukainya. Dia mencoba duduk di sebelah Bude Ari masih dengan wajah datarnya. Bude Ari mencoba bertanya maksudku untuk datang kesini. Tentu saja aku gelagapan dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh beliau. Seperti maling yang tak ingin ketahuan, aku menjelaskan pada Bude Ari bahwa aku hanya ingin menjalin silaturahmi seperti tujuanku sebelumnya. Raina sangat pendiam, namun di tengah-tengah pembicaraan dia mengulas senyum-senyum kecilnya yang membuat hatiku terasa sedikit sesak olehnya. “Raina masih kuliah?” Tanyaku membuka pembicaraan dengannya. Tapi tidak ada respons darinya, dia hanya diam. Aku tau, aku tidak boleh terlalu memaksanya dulu. Bude Ari akhirnya yang menengahi. Aku memberi coklat buatanku pada Bude Ari. Entah dari mana aku tau, tapi Raina sepertinya suka dengan coklat. Sejak hari pertama aku pergi ke rumah Raina aku menjadikan hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Awalnya Raina masih tertutup denganku walau mengatakan sepatah katapun. Tapi kini dia mulai mau berbicara denganku walaupun hanya sedikit dan dengan terbata-bata. Aku tau aku tidak boleh terlalu agresif dengan Raina atau aku akan kehilangannya. Setiap senja tiba dan aku sudah pulang kuliah, kusempatkan untuk menemani Raina duduk di ayunan depan rumahnya. Ada sesuatu dari dirinya yang aku ketahui tapi aku tidak tau apa itu. Walau kami hanya berbicara sedikit, bukan sedikit lagi, tapi sangat jarang lebih jarang dari sedikit, tapi aku selalu sabar dengannya. Aku tau dia akan berubah nanti. Kadang dia tidak menganggapku ada, dia hanya sibuk dengan tanaman di depan rumahnya. Ayah dan Ibuku tau hal itu, tapi mereka hanya diam saja. Aku juga tak pernah mengatakan hal apapun soal perasaanku dan soal Raina. Belum sekalipun aku seberat ini dan setegar ini pada seorang gadis. Aku tak tau mengapa, tapi dalam diriku ada suatu alasan yang tak kumengerti dan tak bisa kujelaskan. “Bunga mawarnya bagus ya?” Kataku membuka sedikit pembicaraan Lagi-lagi Raina menyunggingkan senyumannya yang kadang-kadang terkesan datar. “Iya, bunga mawar memang indah” Katanya menjawab Terkadang hatiku terasa pilu dengan semua ini. Namun, aku tau aku tidak boleh salah bertindak atau akan fatal. Sabarkan aku Tuhan. Hari ini aku menerima pesan dari Om ku yang ada di Surabaya, dia berkata jika disana ada proyek dan aku diajak olehnya. Ini sebuah kesempatan besar, gumamku dalam hati. Namun di lain tempat ada sesuatu yang berbisik jika aku tidak mau kehilangan satu hari pun bersama Raina. Aku sangat bingung mana yang harus aku lakukan dan mana yang tidak harus aku lakukan semua ini sangat bertentangan. Aku sangat bingung, di sisi lain aku ingin masa depanku yang cerah dan di sisi satunya aku tidak ingin kehilangan Raina. Kuputuskan untuk berbicara dengan Raina hari ini. Kebetulan dia sedang membaca novel seperti biasanya di ayunan depan rumahnya dengan segelas teh rosella hangat yang biasa dia buat sendiri. Lagi-lagi aku sempat terpesona melihatnya. “Raina sendirian?” Aku memulai pembicaraan Dia membalas dengan senyum datarnya lagi “Aku hanya ingin bicara, selama empat bulan kedepan aku akan pergi ke Surabaya untuk suatu proyek” Kataku sambil memperhatikannya Dia menengok ke arahku, seperti tidak percaya atau menatapku seperti mencari sebuah kebohongan aku tidak dapat menjelaskannya secara rinci tatapannya. Dia memang gadis yang sangat misterius. Namun sedikitnya aku bisa melihat raut kecewa di wajahnya. Sesaat kemudian dia kembali menekuni bukunya dan sedikit mengangguk. “Itu bagus” Katanya singkat, namun jelas bisa menjelaskan nada kecewa di dalamnya. “Ini hanya sebentar, aku akan berangkat empat hari lagi dan aku akan pulang empat bulan mendatang” Kataku Cukup lama aku me nemaninya duduk disini, tanpa kusadari hari pun sudah gelap kira-kira pukul 8 aku pulang. Kulihat Raina ketiduran di ayunan. Kutatap lekat wajah sempurna itu dengan teliti. Kuringkukan tubuh kecil Raina ke dalam pelukanku, kumaksutkan untuk menjaga tubuhnya dengan kehangatan. Kuberanikan diri untuk memeluknya karena aku yakin Raina sudah tidur dengan lelap. Kurasa ini sudah malam. Aku menggendongnya, bermaksud untuk mengantarkan ke kamarnya. “Bude Ari, Raina ketiduran boleh aku antar dia ke kamar?” aku meminta ijin. “Tidak usah repot-rept dek Edwin, Raina suka tidur di kasur dengan TV kamu antar dia kesana saja, di lantai dua” Kata Bude Ari Oke, aku mengantarnya ke lantai dua. Aku menaruh tubuh kecil Raina dia atas kasur. Lagi-lagi aku terpesona akannya. Aku mencium keningnya dan membenahi selimutnya dan aku turun dari lantai dua kemudian berpamitan dengan Bude Ari untuk pulang dan berterimakasih. Aku akan berangkat ke Surabaya lusa dan orangtuaku sangat mendukungku. Setelah kejadian hari itu, aku tidak pernah lagi melihat Raina duduk di ayunan depan rumah. Kecewa sebenarnya, aku tanya pada Bude Ari kata beliau Raina sedang berkonsentrasi menulis novel di kamarnya dan tidak ingin diganggu. Oke aku hargai itu. Tapi ini adalah hari terakhir aku disini dan siang ini aku akan berangkat ke Surabaya. Namun sampai berangkat pun aku tidak menemuinya walau untuk melihat senyum indahnya sekilas saja. Baiklah Tuhan aku akan kembali kesini dengan kesuksesan untuk melamar Raina. Aku yakin itu. 4 Bulan kemudian… Hari ini aku pulang dari Surabaya, proyekku dan Omku sukses besar. Selama di Surabya sedetik pun pikiranku tak pernah lepas akan Raina. Aku semakin mencintainya. Saat seperti ini aku baru merasa bahwa aku memang sangat mencintainya. Setelah pulang dan membersihkan diri di rumah aku langsung pergi ke rumah Raina. “Ibu aku pergi ke rumah Bude Ari dulu ya” Kataku langsung berjalan dengan sedikit berlari ke rumah Raina dengan membawa sejuta harapan serta sebuah cicin berlian yang sempat kubeli untuk menyatakan cinta padanya. Dan ibuku hanya diam saja. “Bude Ari Raina dimana?” Kataku dengan Hening yang kudapat. Kucoba untuk bertanya lagi. “Bude Ari tolong jawab aku dimana Raina?” yang kudapatkan bukanlah sebuah jawaban, namun air mata dari Bude Ari. Kuedarkan pandanganku ke seluruh sudut ruangan rumah Bude Ari. Dan aku temukan dengan jelas sebuah foto yang aku tau pasti itu adalah foto Raina. Tapi tunggu dulu, kenapa di foto itu ada rangkaian bunga? Apa yang terjadi? Sekali lagi aku mencoba bertanya pada Bude Ari “Bude Ari tolong sekali lagi jawab aku, kemana Raina Bude??” Aku sedikit menggoyangkan tubuh Bude Ari. “Maafkan Bude nak Edwin, Raina sudah pergi, dia sudah kembali pada yang Maha Kuasa” JEDERRRRR Bak petir yang menyambar bumi, hatiku runtuh satu persatu dari tempatnya. Keyakinanku hancur seperti piring yang dipecahkan. Dan aku tak bisa memahami ini. Aku meruntuki semua kesalahkanku atas apa yang terjadi. Aku tertunduk meratapi semua ini, aku tak tau harus berbuat apa. Aku arghhhh, aku marah pada semuanya. Aku menagis di antara kepedihan ini. Aku tak percaya Raina sudah tiada, aku tak percaya. Oh Tuhan kenapa saat aku mulai jatuh cinta kau malah menghancurkan semuanya? Kenapa? Beberapa saat setelah semua nyawaku mulai terkumpul lagi, Bude Ari menjelaskan semuanya padaku. Kenapa semuanya terjadi. Mulai dari kulkas, aku diajaknya menuju kulkas. Dibukanya pintu kulkas itu, dan betapa terkejutkanya aku, kulkas itu penuh dengan tumpukan kotak coklat yang sangat aku kenali. Semua itu adalah coklat pemberianku. Aku tak percaya Raina menyimpannya dengan rapih disini. “Raina suka dengan coklat nak, tapi dia tak pernah sedikitpun memakan bahkan menyentuhanya sekalipun. Dia tak ingin coklat buatanmu yang berharga ini hilang dia makan begitu saja” Kata Bude Ari menjelaskan. Setelah itu Bude Ari mengajakku ke kamar Raina. Dan sungguh aku sangat terkejut demi apapun. Sungguh jelas di kamar itu terpasang berbagai foto-foto dengan 2 orang yang berbalut seragam SMA. Aku sangat mengenali wajah itu, itu Raina. Tunggu dulu, siapa laki-laki disana? Kenapa mirip sekali denganku? Tuhan apa arti semua ini? Tiba-tiba kepalaku pening dan sakit. “Kau tidak apa-apa kan nak?” Kata Bude Ari “Kau dan Raina memang sepasang anak manusia yang tak bisa dijauhkan walau kalian saling menghindari. Kau mungkin tidak akan pernah mengingat bagaimana semua foto-foto ini bisa ada. Karena kau amnesia” Kata Bude Ari menjelaskan. Aku bingung sumpah demi apapun aku masih bingung dengan semua ini. “Kau dan Raina adalah sepasang kekasih semenjak masih di bangku awal SMA, kalian selalu bersama kemana-mana. Kalian layaknya sudah berjodoh. Tapi Tuhan berkata lain, kau mengalami kecelakaan yang membuat ingatannya tidak akan pernah kembali. Dan parahnya Tuhan memberikan Raina cobaan dengan divonis mengidap kanker Otak yang ganas. Raina shock dan tak percaya dengan semua ini, kemudian kami pindah ke kota lain demi menghindarimu. Namun sungguh lagi-lagi Tuhan berkata lain, kami harus pindah kesini lagi karena tempat tinggal kami disana tersapu bencana alam. Itulah sebabnya dia selalu diam jika bertemu dengan mu atau dengan orang lain. Dia memendam kesedihan yang amat dalam. Dan taukah engkau nak Edwin, dia masih menggenggam erat cintanya padamu sampai akhir hayatnya” Jelas Bude Ari panjang lebar. Lengkap sudah penderitaanku Tuhan, aku baru tau kenapa Raina bersikap tertutup selama ini. Aku merasa amat bersalah. Maafkan aku Tuhan. Ampuni aku. Esoknya aku pegi menuju pusara Raina. Aku berharap Raina akan tersenyum indah disana, dia akan lebih bahagia di sisi-Nya. Aku percaya itu. “Ini buku novel untukmu nak Edwin, dia menumpahkan semuanya disini” Kuterima sebuah novel yang cukup tebal dan tak asing bagiku berjudul Love and Hurt’ by Raina, aku baru tau itu novelnya. Padahal itu adalah novel best seller selama aku di Surabaya. Sungguh terlambatnya aku Tuhan. — “Raina kesini ayo jangan jauh-jauh” Aku memanggilnya “Iya papah bentar Raina mau sepedahan bareng sama temen-temen” Katanya dengan senyum “Pah biarin Raina, dia udah besar” kata istriku Aku tersenyum melihat putriku yang semakin besar. Kuberi nama dia Raina agar aku tak akan pernah lupa dengan senyuman yang mempesona itu. Raina, terimakasih atas cintamu, pengorbananmu, perasaanmu. Terimakasih atas semuanya. Cerpen Karangan Nindi Hwang Twitter NindiHwang Cerpen Ketika Cinta Datang Terlambat merupakan cerita pendek karangan Nindi Hwang, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Mawar Merah Ternoda Oleh Alfred Pandie Kamar kosong dengan laptop menyala lagu padi -kasih tak sampai ku biarkan mengiringi kepedihan hatiku, entah apa yang ku rasakan kini, entah apa yang ku gores dengan penah di Remah Remah Kenangan Oleh Dita Ayu Maharani Barangkali aku ingin mengatakan beberapa hal kepadamu. Kita, duduk berhadapan, bersitatap satu sama lain. Mengurai kembali tali yang terputus, merampungkan kisah yang bagiku terlalu gamang. Namun aku memimpikan kebersamaan LDR Oleh Elfina Astin Jenny, seorang cewek SMA yang berambut panjang dan berhidung mancung itu kerap disapa Jen oleh teman-teman sebayanya. Jen masuk sekolah SMA dengan tujuan mencari ilmu dan mencari pengganti Jono, My Love Story Oleh Indah P. Lestari “Biar ku sudahi saja perasaan ini, secara perlahan” gumanku dalam hati seraya mengusap tetesan air mata yang sudah membasahi pipiku. Mencoba bangkit dari rasa terpuruk akibat cinta yang berdusta. Give Me a Reason Part 1 Oleh Upriani Rahman Purnama belum sempurna menggantung di hamparan lagit bersama ribuan bintang yang berkelip. Aku menengadah mengamati gelap malam yang ditaburi benda-benda lagit yang indah. Udara dingin yang menyapu kulit bercampur “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Cerpen Karangan Resya RenataKategori Cerpen Cinta Pertama, Cerpen Penyesalan Lolos moderasi pada 17 February 2022 Dulu aku pernah bertemu dengan seorang senior laki laki yang kita sebut aja namanya ncun, tanpa sengaja kami bertemu di kantin sekolah, disaat itu kami sama sekali tidak mengenal satu sama lain, setelah itu kami bertatapan seperti orang yang pernah kenal padahal tidak sama sekali, sangat lucu bukan hahaha, lalu setelah itu bel berbunyi, lalu aku dan teman temanku kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Pada saat itu jam pulang kami berbeda, para seniorku pulang jam WIB dan kami juniornya pulang jam WIB, saat mereka pulang sekolah kami juga istirahat lagi, lalu setelah itu aku bertemu kembali dengannya di dekat bus sekolah kami dan dia bersama teman perempuannya, disitu aku merasa cemburu, oh no dia bukan siapa siapa, lalu aku pergi untuk membeli makanan. Oke setelah lama belajar kami pun pulang sekolah, lalu pas malam hari selesai makan malam ada yang dm aku ternyata seniorku, disitu aku belum tau kalau senior yang dm aku adalah temannya si ncun tadi, lalu dia menanyakan padaku “kamu punya pacar ngga, temenku suka sama kamu” oh tidak!! temannya yang mana?, disitu aku sangat deg degan karna aku sudah tertarik pada ncun seniorku, lalu dia menyebut nama temannya yang menyukaiku ternyata dia adalah ncun. Di malam itu aku sangat bahagia, tidak lama dari itu ncun pun ngedm aku lalu kami pun berchattingan ya layaknya senior dan adik kelas saja dan aku melihat jam yang sudah menunjukkan pukul WIB lalu aku izin tidur kepadanya. Besoknya aku kembali sekolah dan tidak bertemu sekali pun dengannya, di pikiranku “apa dia tidak masuk sekolah?” aku bertanya tanya sendiri dan ga lama setelah apel pagi kami pun masuk ke kelas lalu aku belajar seperti biasanya. Tiba tiba dia datang ke kelasku oh my god ngapain dia ke kelasku, ternyata dia mengikuti program drama untuk festival dan yang mengajar drama itu wali kelasku dan pada saat itu wali kelasku sedang mengajar di kelasku, setelah itu semua temanku teriak “ciee ciee” aku sangat tidak mengerti apa yang mereka maksud, ternyata temennya si ncun telah membocorkan bahwa kami sedang pdkt, ga lama setelah itu mereka pun latihan drama dan pas jam istirahat kami pun ikut menonton mereka latihan. Lalu datang senior perempuan yang temen sekelasnya si ncun dia menanyakan siapa pdkt ku, tanpa kusadari aku pun keceplosan mengungkapkan bahwa pdkt ku adalah ncun, disitu mereka semua tertawa gembira, hahaha maklum lah senior munafik. Ga lama setelah pulang sekolah ncun menembakku dan kami pun jadian dan pada malam itu juga aku posting lagu menandai si ncun, ternyata temennya senior perempuanku tadi suka dengan ncun tapi ini semua bukan salahku, aku tidak pernah tau bahwa dia suka pada ncun, setelah mengetahui hubungan kami semua senior pun memusuhiku, setiap hari aku dilabrak dengan alasan “ga boleh pacaran satu sekolah”. Ga lama dari itu hari festival pun tiba, mereka semua bersiap siap untuk pergi ke lokasi, lalu wali kelasku mempercayakanku untuk memegang semua hp anak drama supaya tidak hilang dan aku pun ikut pergi ke lokasi drama, setelah semuanya berlangsung lalu mereka istirahat, di lokasi istirahat aku melihat sesuatu, apa kalian tau apa yang kulihat? ya aku melihat senior yang suka dengan ncun mereka sedang berduaan foto di pojok ruangan, disitu aku langsung terdiam dan meminta pulang. Akhirnya temanku mengajakku pulang lalu aku menceritakan semuanya, setelah mendengar ceritaku temanku pun marah kenapa ncun tidak memikirkan perasaanku, ga lama dari itu hp ku pun berbunyi ternyata dapat notif dari ncun yang memohon maaf, sebenarnya aku ga mau maafin dia karena ya itu memang sakit sekali tapi teman temannya pun semua meminta maaf padaku ya akupun menerima maaf itu walau tidak ikhlas wkwk, lalu si senior perempuan tadi memposting foto mereka dengan caption “hanya teman” hahaha sakit sekali hatiku. Ga lama dari itu covid-19 pun menyerang indonesia, sekolah kami diliburkan dan belajar daring, walaupun daring kita juga tetap sering jumpa setiap minggu jalan jalan dan ga berapa lama dia pun tamat dari sekolah itu, tinggal lah aku sendiri di sekolah itu wkwk, lalu dia pun melanjutkan sekolahnya di luar daerah dan kami pun ldr. Aku mengira kalau kami ldr hubungan kami tidak berjalan lama ternyata aku salah, kami anniversary ke 1 tahun dan aku sangat tidak menyangka bahwa kami telah menjalani hubungan yang sudah lama, setelah itu dia kembali lagi sebentar untuk mengambil ijazah smpnya dan kami pun bertemu walau waktu yang sangat sebentar tapi tidak apa apa aku mensyukuri telah bertemu dengannya, setelah itu dia kembali lagi ke sekolahnya. Ga lama setelah itu aku jenuh menjalani hubungan, aku menginginkan untuk putus tapi dia tidak mau, setiap hari aku meminta putus dan ga pernah bagus membalas chatnya, mungkin dihari itu dia sudah capek menghadapi sifatku yang egois ini, lalu dia pun menerima keputusanku itu yang mengakhiri hubungan kami, pertama putus aku merasa biasa saja lalu lama kelamaan aku merasa kehilangan, ya ini semua memang salahku. Tepat anniversary ke 2 tahun tapi posisi kita udah putus ya disaat itu dia memposting foto cewek barunya dan aku melihatnya rasanya aku ingin teriak sekeras-kerasnya aku sangat sedih dihari itu sangat hancur aku ga nafsu makan dan ga lama dari itu aku pun jatuh sakit, lalu setelah mengetahui aku sakit dia dm aku dia bilang “walaupun aku udah punya pacar tapi kamu masih bisa curhat semua masalah apapun ke aku tapi lihat waktunya tidak setiap saat aku bisa membalas chatmu” disitu aku sangat sedih karna hanya dia yang bisa mengerti perasaanku dan lama kelamaan aku semakin melihat dia bahagia. Iya aku tau ini salahku aku egois aku yang ninggalin dia dan dia ga boleh bersama orang lain, itu hal yang lucu, akhirnya walaupun aku ga ikhlas dia bergandengan dengan yang lain tapi aku mencoba untuk belajar ikhlas dan dia pun berhak bahagia, dan pesanku untuk ncun, ncun ga boleh sedih sedih lagi, bahagia sama pacar barunya, kalau pacar baru ncun nyakitin ncun balik lagi ke aku, aku tetap di belakang ncun dan tetap menunggu ncun ya walau itu hal yang mustahil untuk terjadi, dan pesan untuk pacar barunya ncun jangan sakiti dia ya dia berhak bahagia ya kakak cantik, semoga kalian langgeng aku akan terus mendoakan kalian agar tetap bahagia See you ncunnn!!!! Cerpen Karangan Resya Renata Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpen Cinta Dengan Senior merupakan cerita pendek karangan Resya Renata, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Berondong Tua Oleh Siska Sakura Berondong, berondong tua Sukanya mencari mangsa Keluar masuk lubang buaya Mencari wanita-wanita muda Mungkin lagu itu lah yang cocok untuk mengambarkan keadaanku saat ini. Oh iya nama aku cinta, Unforgettable Oleh Rara Hegira Hazara Terus kupandang wajahnya. Cantik, putih, bersinar… Takkan gue lupakan senyum indah yang menghiasi wajahnya itu. Dan sampai saat ini tak bisa gue lupakan kejadian yang sampai merenggut nyawanya. Namanya Penyesalan Oleh Turah Latifah Saat itu matahari sudah mulai memuncak, aku masih setia berada di dalam ruang kecil tempat tidurku, menatap sayu langit biru yang berbatas kaca cendela. Aku masih enggan melangkahkan kakiku Sampai Kapan Oleh Ara Silvia Putri Hari itu Idul Adha, aku tidak pulang kampung dan tetap di kos. Saat dia datang semalem ke kostku, dia mengajakku untuk main ke kontrakannya. Nama dia Adhy, seorang kakak Andaikan Oleh Muhammad Adha Wahyudi Andaikan waktu itu dia tak pernah mengenal pria itu, andaikan waktu itu dia tak pernah mengikuti ajakan dari pria itu mungkin saja sekarang dia tak akan pernah semenyesal ini, “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tampak seorang pria tengah duduk di sebuah ruangan yang sangat berantakan. Buku-buku dan beberapa pakaian berserakan dimana-mana. Sinar matahari pun tak mampu menembus ruangan itu, sunyi.. sepi... gelap.. dingin.. hanya ada lampu duduk yang meneranginya. Lagi pun ruangan itu kedap suara sehingga menambah kesan horor dalam ruangan pria itu tampak begitu fokus tanpa mempedulikan mirisnya keadaan ruangan yang sedang ia tempati. Dia hanya sibuk dengan sebuah laptop yang sedang ia mainankan. Suara ketikan demi ketikan terdengar begitu cepat. Seperti kilat yang saling menyambar begitu pula paragraf demi paragraf mulai mencuat kepermukaan layar. Rambut yang berantakan dan pakaian yang lusuh membuatnya terlihat seperti gelandangan.“Sedikit lagi,..... Ayo ayo ”. ucapnya Suara ketikan terdengar begitu cepat.... “Yess... akhirnya selesai juga”. Tampak ia menutup laptopnya dan segera berangkat ke tempat kerjanya di sebuah perpustakaan di pusat kota. Seperti perpustakaan lainnya, suasanya pun tak jauh berbeda sepi, hanya beberapa orang yang berkunjung dan membaca buku. Tugasnya pun tak begitu sulit hanya menjaga dan duduk di meja informasi saja.“Permisi... Mas ? Mas???” Seorang perempuan mengalihkan fokusku.“Ooohh iiyaaa... Ada apa mbaa?”. “Saya mau mengembalikan novel yang saya pinjam”. Jelasnya“Nama mbak nya siapa ya? Dan kapan meminjam bukunya?”. Tanyaku“Nama saya Alma Nadira, hmmm kapan yah lupa lagi... hmmm kemarin lusa tanggal 21”. Dia mencoba mengingat ingat. 1 2 3 4 5 6 Lihat Fiksiana Selengkapnya Penulis EMERALDKategori Oneshoot Lily mencintainya, sangat. Kekasihnya, suaminya, pujaan hatinya. Perawakannya tinggi menjulang dengan dada bidang dan otot-otot liat tanpa lemak yang membuat para wanita tergila-gila. Damar tampan, dan semua orang, termasuk Lily, awalnya mengira bahwa pria itu seorang aktor di televisi atau model di majalah-majalah. Namun entah kenapa, pria itu mendekatinya, menyatakan cinta, lalu melamarnya hanya dalam hitungan bulan. Lily putih dan cantik, serta langsing, dan ia terlihat lebih muda dari Damar yang usianya terpaut lima tahun di bawahnya. Damar jatuh cinta pada pandangan pertama, dan itu cukup bagi Lily untuk menerima lamaran pria itu. Damar yang bekerja di bagian keamanan di sebuah hotel bintang lima, untuk pertama kalinya bertemu Lily di supermarket tempat Lily bekerja, dan langsung berpikir untuk menikahinya. *** Lima tahun berlalu, dan mereka telah dikarunia seorang anak perempuan yang kini berusia tiga tahun. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Lily masih bekerja di supermarket sementara Damar saat ini bekerja sebagai supir di sebuah perusahaan furniture ternama di ibu kota. Damar tetap tampan dan atletis, tetap menjadi pujaan para wanita. Dan Lily masih mempunyai keyakinan yang sama bahwa Damar sangat mencintainya, memujanya. Meskipun akhir-akhir ini Damar jarang pulang ke rumah karena pekerjaan barunya itu. "Sayang... kamu sibuk sekali, ya? Akhir-akhir ini jarang pulang." Pagi ini Damar menatapnya, dan baru kali ini Lily benar-benar melihat sepasang bola mata hitam suaminya selama dua tahun terakhir ini. Mata itu, mata yang dulu memujanya dan penuh cinta serta kekaguman, kini tampak memandang jijik pada Lily, dan itu membuat Lily terkejut. Atau... itu hanya perasaannya saja? tanya Lily dalam hati. "Aku akan menikah lagi, dengan bosku." Lily menganga. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. "Sayang... kamu bercanda kan?" Lily berusaha untuk menggapai lengan Damar, namun suaminya itu malah menghindar. "Aku serius. Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Aku akan menikah dengan Bu Armita. Malam ini juga aku akan pergi dari rumah ini." Jantung Lily berdegup dengan kencang. Dug. Dug. Dug. Apa ia tadi salah dengar? Apa katanya? Tubuh Lily terasa panas terbakar dan bergetar. Ia menatap tak percaya pada suaminya. "Ta... tapi... kenapa?" Damar mendengus. "Mengacalah, Lily. Dulu aku mencintaimu karena kau sungguh makhluk terindah di mataku. Tapi kini, kau hanya bagai gumpalan lemak dengan wajah kusam dan kuyu tanpa sinar. Rambutmu pun seperti sapu ijuk. Kau tidak mendengar bisikan para tetangga? Aku disangka anakmu. Atau mungkin... suami mudamu." Lagi-lagi Damar mendengus. "Selamat tinggal." Air mata telah memburamkan pemandangan di depannya. Dunianya terasa berputar hebat dan ia merasa lututnya lemas, hingga kini ia terduduk di lantai dengan napas terputus-putus, sementara Damar telah pergi setelah membanting pintu dan melajukan motor Byson-nya. Damar... ke mana katanya? Suaminya itu bilang bahwa penampilannya saat ini kusam? Gumpalan lemak? Sapu ijuk? Lily membungkuk hampir bersujud di lantai dingin di bawahnya. Lalu ia mulai berteriak keras, dan menangis menjerit-jerit. Ia tidak sadar apa yang terjadi pada dirinya hingga beberapa tetangga telah mengelilinginya dengan tatapan bingung campur cemas dan takut. Lalu pandangannya gelap. *** Ia terbangun dengan perasaan hampa. Ia bingung dengan apa yang terjadi padanya, sampai Luna-putrinya yang manis dan putih, yang wajahnya sangat mirip Damar-menyentuh lengannya. "Ibu... kenapa?" Lily mulai menangis dan menjerit histeris lagi, lalu pergi ke dapur untuk mencari sebilah pisau. "Bu Lily, jangan!" Beberapa orang memeganginya dan membuang jauh-jauh pisau dapur dari tangannya. "Istighfar, Bu!" "Aku mau mati! Aku mau mati! Aku mau mati!" jerit Lily antara sadar dan tidak sadar. Kakinya terasa melayang, dan tubuhnya seperti tidak merasakan apa-apa meski tangan-tangan meremas lengannya dengan kuat. "Sebenarnya ada apa?" tanya salah seorang tetangganya. "Suamiku... suamiku pergi... mau menikah lagi dengan wanita sialan, nenek sihir, jalang perebut suami orang!!" Lily mendengar suara istighfar dari mulut-mulut di dekatnya, namun pikirannya tengah kalut, dan ia tidak mendengarkan apa pun ucapan simpati mereka yang ditujukan padanya. Di otaknya hanya terngiang satu kata MATI. *** Selama Sebulan lamanya, yang dilakukan Lily hanyalah duduk sambil memandangi pantulan bayangannya di cermin di depannya. Ia gemuk, ia tua, ia kusam, ia jelek, ia hitam, dan ia tampak bagai nenek tua. Sejak kapan ia tak pernah berdandan? Sejak kapan ia tak pernah menyisir rambutnya? Sejak kapan ia membiarkan lemak tertimbun di hampir seluruh bagian tubuhnya? Sejak kapan ia hanya mengenakan atasan lusuh dan celana lusuh? Ia kira suaminya tetap mencintainya bagaimanapun rupanya saat ini. Ia kira mata dan hati suaminya hanya memujanya seorang. Ternyata ia salah besar. Ia telah melakukan kesalahan fatal. Akibat kelalaiannya, suaminya meninggalkannya. Ia hanya mementingkan mengurus anak, suami, dan rumahnya, tanpa memedulikan rupanya saat ini. Lily kembali menangis histeris, membuat kakak dan adiknya masuk ke dalam kamarnya dan menenangkannya. "Lily, tenanglah!" Lily tertawa keras. "Aku baik-baik saja. Aku tampak tua dan jelek, tapi aku baik-baik saja!" Ia kembali tertawa, kemudian menangis. "Aku mau mati, mau mati!" Mungkin ia telah gila, gila karena telah mencintai orang yang salah. ***

cerpen jatuh cinta sama senior gila